Wednesday, June 1, 2011

Kitab Zikir dan Doa.


Sumber : Ihya' Ulumuddin (Hujjatul Islam, Al-Imam Al-Ghazali rh)

Kitab Zikir dan Doa.

 

Al-Imam menulis...

Kalau anda mengatakan: "Mengapakah kiranya berzikir akan Allah swt, serta begitu ringan pada lisan dan sedikit sekali memerlukan tenaga, menjadi begitu utama dan lebih bermanfaat dari sejumlah ibadah yang lain, yang disertai banyak kesulitan padanya?"

Maka aku menjawab, bahwa ketahuilah kiranya, bahwa penyelidikan tentang ini tidaklah layak, selain dengan ilmu mukasyafah. Dan batas yang diperbolehkan menerangkannya pada ilmu mu'amalah ialah, bahawa yang membawa bekas yang bermanfa'at, yaitu: zikir yang terus-menerus, disertai kehadiran hati.

Adapun zikir dengan lisan dan hati itu lalai, adalah sedikit faedahnya. Dalam beberapa hadis terdapat pula, yang menunjukkan kepada yang demikian.

Kehadiran hati pada sekejap waktu dengan zikir dan lengah dari mengingati Allah 'Azza wa Jalla serta sibuk pula dengan dunia, adalah sedikit faedahnya.

Tetapi kehadiran hati serta Allah Ta'ala terus-menerus atau pada kebanyakan waktu, adalah yang diutamakan pada ibadah. Bahkan dengan itu menjadi mulia ibadah-ibadah yang lain.

Dan itulah tujuan dari hasil ibadah yang dikerjakan

(ibadah 'amaliyah).

Zikir itu mempunyai awal dan akhir. Awalnya, mewajibkan jinak hati dan cinta. Akhirnya, mewajibkan: jinak hati dan cinta. Dan timbullah daripadanya - itulah yang dicari - jinak hati dan cinta.

Seorang murid pada permulaan pekerjaannya, kadang-kadang ia secara berat sekali membelokkan hati dan lisannya dari was-was, kepada zikir mengingati Allah 'Azza wa Jalla. Kalau ia memperoleh taufik, untuk terus-menerus, nescaya jinaklah hatinya dan tertanamlah dalam qalbunya kecintaan kepada yang dizikirkannya itu: yaitu Allah Ta'ala.

Dan tidak wajarlah ini untuk diherankan. Kerana menurut biasa yang terlihat, engkau sebutkan seseorang yang jauh, yang tak hadir di hadapan seseorang, engkau ulang-ulangi menyebutkan hal-keadaannya pada orang itu. Maka cintalah dia akan orang yang jauh itu, dan kadang-kadang ia asyik dengan sifat dan banyak menyebutkannya. Dan orang yang banyak menyebutkan sesuatu, meskipun dengan perasaan berat, nescaya ia mencintainya.

Maka seperti itulah, permulaan zikir itu terasa berat, sampai kepada menghasilkan kejinakkan hati dengan "yang dizikirkan" dan kekasih-sayangan kepadaNya. Kemudian, tidak sabar lagi pada akhirnya, lalu yang positif itu menjadi positif dan buah itu menjadi berbuah.

Dan inilah erti perkataan sebahagian mereka: "Aku menghadapi kesulitan dengan Al-Quran selama 20 tahun. Kemudian aku merasa nikmat dengan Al-Quran selama 20 tahun. Dan kenikmatan itu tidak datang selain dari kejinakan hati dan kecintaan. Dan kejinakan hati sayangan itu tidak timbul, selain daripada terus-terusan menghadapi kesulitan dan keberatan pada masa yang panjang, sehingga keberatan itu menjadi biasa.

Maka bagaimanakah dipandang ini jauh dari kebenaran, sedang manusia itu pada mulanya merasa berat memperoleh makanan yang akan mengenyangkannya. Merasa kesulitan memakannya. Dan membiasakan diri padanya, iaitu kemudian menjadi bersesuaian dengan tabiatnya. Sehingga ia tidak sabar lagi daripadanya.

" Jiwa itu membiasakan memikul apa yang dirasa berat, sehingga apa yang dibiasakannya, menjadi terbiasa."

Ertinya: Apa yang dirasanya berat pada mula-mula, menjadi tabiat pada kesudahannya. Kemudian apabila telah diperoleh kejinakkan hati dengan berzikir kepada Allah swt, nescaya terputuslah hatinya dari yang lain selain dari zikir kepada Allah Ta'ala. Dan selain Allah 'Azza wa Jalla itulah yang akan berpisah dengan dia ketika mati. Maka tidak kekal bersama dia di dalam kubur, keluarga, harta, anak dan kekuasaan. Dan tiada yang kekal selain daripada zikir kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Kalau ia merasa hatinya jinak dengan zikir, nescaya bersenang-senanglah dan merasa enaklah ia dengan zikir itu, dengan habisnya segala penghalang yang membelokkannya dari berzikir. Kerana segala keperluan yang penting dalam hidup duniawi, menghalanginya dari berzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla. Dan sesudah mati, penghalang itu tidak ada lagi. Seakan-akan ia telah memperoleh kesempatan yang penuh antaranya dan kecintaannya. Maka amat besarlah kegembiraannya dan terlepas dia dari penjara, di mana ia terlarang di dalamnya, menghubungi dengan apa yang menjinakkan hatinya. Kerana itulah, bersabda Nabi saw: " Sesungguhnya roh suci diilhamkan ke dalam hatiku, maka cintailah apa yang engkau cinta, kerana engkau akan bercerai dengan dia". Yang dimaksudkan, yaitu: tiap-tiap apa yang berhubungan dengan dunia.


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Digg
Facebook
Yahoo
Feed

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
IMAM MUDA QARYAH
IIkhlas
MMesra
AAmanah
MMenawan
MManis
UUntung
DDinamik
AAlim
QQualiti
AAbadi
RRamah
YYakin
AAsli
HHarum
Cari MAKNA Nama ANDA?